Wednesday, March 14, 2012

Petualangan RED SEA-Port Sudan Part 2


Selanjutnya...............

Setelah kurang lebih 14 jam kami dibuat lelah oleh jarak pemisah, alhamdulilah sampailah kami dipenginapan mewah berlevel bawah, bersiap-siap menyantap kuliner khas dari kota ini, dengan ditemani udara segar yang sedikit lembab dan basah.


Selepas melakukan ritual dipenghujung hari, 3 rakaat dengan 1 salam, kami mulai melangkah menuju beberapa tempat kuliner yang disediakan oleh kota ini, dengan sedikit berbekal butiran-butiran putih bersih, yang telah dirubah bentuk dan rasanya oleh mesin kecil mungil, cukup........... 3 gelas beras, kini menjadi semangkuk besar nasi, pendamping setia kami untuk urusan kuliner, maklum kebiasaan ini telah berlangsung dari zaman nenek moyang kami pacaran.


Belum hilang rasa lelah kami, dipaksa melangkah menyusuri kawasan kota ini, mencari menu makan malam ini, maklum dari mulai terbitnya matahari sambil kembali menghilang, perut kami hanya berisikan sedikit makanan ringan dan beberapa cairan aneh yang beraneka warna.


Hampir 613, jumlah langkah kaki kami dalam pencarian warteg yang menawarkan menu kuliner khas kota ini, namun hanya rasa lelah dan lapar yang kami dapatkan, "Udahlah brur..... seadanya aja", cetus salah satu sahabat kami yang mulai tak sangup lagi meneruskan langkahnya. Sedikit gundah mungkin terbesit diantara kami, karena salah satu sahabat kami yang pernah bermukim dikota ini dan kami percayai sebagai penunjuk arah bagi kami malah kehilangan arah.


Akhirnya, niatan dinner bareng dengan masakan khas kota ini pupus, mungkin karena keadaan kami yang lelah ditambah kantong makanan kami yang kosong,mulai dari hari masih gelap hingga kembali gelap hanya berisikan makanan kecil dan beberapa minuman aneh yang beraneka warna, yang kami peroleh dari alat transportasi yang kami naiki,membuat kami tak sanggup melanjutkan langkah dalam pencarian warteg khas kota sejarah ini.


Tanpa pikir panjang satu meja makan kami pesan, yang letaknya tak jauh dari tempat penginapan, Rumah Makan Padang ala Negeri ini. Tidak begitu istimewa menu yang ditawarkan, mungkin karena kami sudah sering mencicipi menu tersebut dikota yang kami tinggali. Semangkuk kecil biji-bijian, berwarna hitam kecoklat-coklatan yang hampir menjadi bubur, bertaburkan salju rasa asin dan asam, berkuahkan cairan kuning kental yang sering kita jumpai diwajan penggorengan adalah menu khas Rumah Makan ini, tak hanya itu, dua mangkuk kecil berisikan daging kambing dengan potongan dadu, yang terlihat kusam dan hitam, serta 4 buah roti debu, ikut menghiasi meja makan kami.




Alhamdulillahi Robbil 'aLamiin .......... Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada dzat yang telah menganugerahkan sehat untuk kami, sehingga makanan yang aneh sekalipun terasa nikmat dan lezat. Kini rongga-rongga lambung kami tak lagi kosong dan angker, yang sejak 50.400 detik yang lalu hanya berisikan beberapa makanan kecil dan minuman aneh yang beraneka warna.


Tepat jam 10:27  waktu setempat, kami meninggalkan meja yang mulai kotor dan berserakan sisa-sisa makan kami, menuju ke penginapan untuk beristirahat, agar esok hari tetap sehat. Mengejar sunrise dan makan siang kuliner khas kota ini adalah rencana kami untuk pagi hari nanti. Selamat malam.............. (ceklek............... #suara yang keluar dari alat pemutus sementara aliran listrik yang menuju barang lonjong putih yang terbuat dari beling..)

abaw_colection
tO bE cOnTiNuE....................



No comments:

Post a Comment